close

Satu-Satunya dari Indonesia, Dosen ITS Hadiri WLA Forum

Sri Fatmawati SSi MSc PhD tatkala menghadiri kegiatan World Laureates Association (WLA) Forum, Shanghai, China

Kampus ITS, ITS News — Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)Sri Fatmawati SSi MSc PhD penuhi undangan forum internasional World Laureates Association (WLA). Dosen Departemen Kimia ITS ini menjadi satu-satunya ilmuwan asal Indonesia yang diundang pada forum internasional sekaligus seremoni penghargaan WLA Prizes 2023.

WLA sendiri adalah sebuah asosiasi non-profit yang secara aktif terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Salah satu inisiatif unggulannya adalah WLA Forum, sebuah platform diskusi yang dirancang untuk memfasilitasi pertukaran ide antara para pemenang penghargaan dan ilmuwan dari berbagai penjuru dunia. “Seperti Turing Award, the Wolf Prize, hingga Nobel Prize,” sebut perempuan yang disapa Fatma.

Acara prestisius yang diadakan secara tahunan di Shanghai, China ini terus menjadi sorotan dengan fokusnya  dalam mengulas peran krusial ilmuwan muda pada penyajian terobosan ilmiah terkini, penanggulangan tantangan, dan publikasi pencapaian ilmiah. Dalam edisi keenamnya yang mengusung tema Science Leads Transformation, forum ini berhasil menghimpun 120 ilmuwan muda dari 25 negara yang turut berpartisipasi aktif.

Baca Juga :  Soroti Teknologi Telekomunikasi, Gubes ITS Kaji Pengolahan Sinyal

Forum yang bertujuan sebagai wadah untuk mendiskusikan peran positif ilmuwan muda dalam kemajuan dunia tidak hanya menjadi platform dialog, tetapi juga menjadi ajang bagi mereka untuk memaparkan temuan terkini di bidang masing-masing. Dalam konteks ini, Fatma dengan penuh antusias turut menyajikan kemajuan risetnya yang terfokus pada kimia bahan alam dan medisinal.

Sri Fatmawati SSi MSc PhD (kanan) ketika berpendapat pada kegiatan World Laureates Association (WLA) Forum

Lewat presentasi berjudul Indonesian Indigenous Knowledge in Recent PerspectiveFatma menguraikan temuan-temuannya setelah melakukan penelitian yang melibatkan lebih dari seratus tanaman dari 27 provinsi di Indonesia. Fokus penelitiannya terletak pada pengidentifikasian tanaman-tanaman tertentu yang dinilai memiliki aktivitas atau kandungan bermanfaat dalam mendukung proses penyembuhan beberapa penyakit.

Tak hanya itu, perempuan yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) ini mengungkapkan, ia juga tengah melibatkan diri dalam proses pengisolasian dan pemodifikasi senyawa untuk meraih kandungan yang tepat. “Langkah isolasi penelitian ini tidak hanya untuk mengidentifikasi, tetapi juga untuk memisahkan senyawa dari kompleks campuran yang terdapat pada tanaman,” terangnya.

Baca Juga :  ITS Bangun Proyek REIDI, Living Laboratory Terbesar di Indonesia

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari sejak Senin (6/11) ini juga memberikan kesempatan kepada dosen yang berhasil menerbitkan 73 jurnal internasional tersebut untuk berdiskusi dengan para peraih penghargaan Nobel. Fatma menuturkan bahwa dirinya belajar banyak hal, salah satunya adalah pemahaman mendalam mengenai strategi yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mengorganisir jaringan kerja yang efektif, sehingga dapat mengoptimalkan proses penelitian.

Sri Fatmawati SSi MSc PhD sedang mempresentasikan perkembangan risetnya pada bidang kimia bahan alam dan medisinal

Strategi optimalisasi penelitian itu tentunya dirancang dengan cermat, disertai dengan gambaran yang mendalam mengenai langkah yang diambil oleh ilmuwan muda. Dalam upayanya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, Fatma siap menunjukkan tekad kuatnya untuk terus berkontribusi pada bidang riset. “Pandangan menyeluruh terkait tindakan kedepannya muncul setelah memantau perkembangan ilmuwan global lainnya,” jelasnya.

Perempuan yang kini menjabat sebagai Komite Eksekutif Global Young Academy (GYA) juga mengungkapkan kegembiraannya atas pengakuan dedikasi dalam penelitiannya yang memotivasi dirinya untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas karyanya. “Ke depan, para akademisi di Indonesia juga terus menggagas inovasi demi kemajuan dunia keilmuan yang lebih baik,” pungkas Fatma. (HUMAS ITS)