close

Prof. Ir. Kamarza Mulia, M.Sc., Ph.D., Guru Besar UI: Enkapsulasi dan Penglepasan Terkendali Senyawa Bioaktif Hasil Ekstraksi Hijau untuk Kesehatan dan Pengobatan

Prof. Ir. Kamarza Mulia, M.Sc., Ph.D. yang berasal dari Fakultas Teknik (FT) UI, Sabtu (10/4) lalu mendapat pengukuhan sebagai guru besar ke-345 di Universitas Indonesia (UI). Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., melakukan pengukuhan secara virtual, kepada enam guru besar UI dihadiri Sakti Wahyu Trenggono, M.B.A., (Menteri Kelautan dan Perikanan), Prof. Michael Faure dan Prof. Ellen Vos dari Maastricht University, dan Johnson Tan (CEO PT Optima Data Internasional).

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Prof. Ir. Dwiwahju Sasongko M.Sc.,Ph.D (Ketua Majelis Akreditasi BAN-PT dan Guru Besar Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung), Prof. Dr. Ing. Ir. Priyono Soetikno DEA (Guru Besar Institut Teknologi Bandung), Prof. Dr. Drs. Darminto. MSc. (Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember), serta wakil rektor UI.

Prof. Kamarza menyampaikan pidato yang berjudul “Enkapsulasi dan Pelepasan Terkendali Senyawa Bioaktif Hasil Ekstraksi Hijau untuk Kesehatan dan Pengobatan.” Menurutnya, gagasan dan hasil karya ilmiah yang disampaikan pada pidato pengukuhan ini berhubungan dengan tiga hal, yaitu aneka senyawa bioaktif yang melimpah, deep eutectic solvent (DES) sebagai pelarut hijau, sistem penglepasan terkendali senyawa bioaktif, dan obat hasil enkapsulasi menggunakan polimer yang terdegradasi secara hayati (biodegradable),” ujarnya.

Baca Juga :  Satgas PPKS ITS Bukti Komitmen Berantas Kekerasan Seksual

Kamarza menjelaskan bahwa Indonesia adalah salah satu negara terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati dengan jumlah tumbuhan obat asli tertinggi kedua, setelah hutan hujan Amazon. Sebagian tanaman herbal Indonesia mengandung berbagai senyawa bioaktif yang baik bagi kesehatan maupun untuk pengobatan. Jamu adalah salah satu bukti kearifan lokal bangsa Indonesia yang diformulasikan dari berbagai tanaman herbal yang mengandung senyawa bioaktif seperti kurkumin pada kunyit dan 6-gingerol.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ekstraksi senyawa bioaktif dari sumber daya alam biasanya melibatkan penggunaan pelarut organik dalam jumlah besar. Sebagian besar pelarut organik ini memiliki toksisitas dan volatilitas relatif tinggi sehingga menghasilkan limbah yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Pencarian pelarut hijau sebagai pengganti pelarut organik berbahaya mengarah pada penggunaan deep eutectic solvent (DES). DES terdiri atas hydrogen-bonding acceptor (HBA) dan hydrogenbonding donor (HBD) yang keduanya membentuk ikatan hydrogen. DES dapat dibentuk antara garam amonium kuaterner seperti kolin klorida atau betain sebagai HBA dengan amida, asam karboksilat, atau alkohol sebagai HBD. DES yang stabil sebagai cairan pada suhu kamar, memiliki karakteristik tidak beracun dan ramah lingkungan, berpotensi berguna sebagai pelarut untuk ekstraksi senyawa bioaktif dari tumbuhan.

Baca Juga :  Peduli Kesehatan, Mahasiswa ITS Ciptakan Pendeteksi Alkohol pada Parfum

Penyalutan atau enkapsulasi akan melindungi senyawa bioaktif maupun organ tubuh manusia, memperbaiki sifat organoleptik serta meningkatkan bioavailability senyawa bioaktif. Manfaat penting lainnya dari enkapsulasi senyawa bioaktif atau obat adalah diperolehnya sistem penghantaran (drug/bioactive delivery system) untuk meningkatkan kesehatan dan efikasi pengobatan.

Kamarza menyelesaikan pendidikan jenjang S1 jurusan kimia di Institut Teknologi Bandung, dan menyelesaikan program magister sekaligus doktoral di Colorado School of Mines, USA pada tahun 1987-1992. Ia merupakan Dosen Tetap Departemen Teknik Kimia FTUI dan pernah menjabat sebagai Sekretaris Senat Akademik Fakultas pada periode 2011-2015. Pada tahun 2020, ia meraih predikat sebagai 500 peneliti terbaik Indonesia tahun 2009 dan baru saja menerbitkan publikasi karya ilmiah bersama (2021) dengan judul “Water-in-Oil-in-Water Nanoemulsions Containing Temulawak and Red Dragon Fruit Extracts”.