close

Dosen IPB Lakukan Penelitian Pengembangan Wisata di Taman Nasional Kepulauan Seribu

Dua dosen IPB University dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan tiba di Pulau Harapan dan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, 28/5. Selama satu tahun, tim peneliti yang terdiri atas 2 dosen, 2 asisten, dan 3 mahasiswa, melakukan penelitian Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budaya dalam Konteks Pariwisata. Penelitian ini akan mendorong pengembangan wisata berkelanjutan di pulau-pulau kecil dalam wilayah konservasi tersebut.

Riset ini mendapat pendanaan dari Kementerian Riset dan Teknologi (kini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi). Tim peneliti juga bermitra dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS).  

Dr Eva Rachmawati, peneliti IPB University bidang sosial wisata menyampaikan bahwa penggalian budaya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia masih minim dilakukan. Padahal, kearifan lokal masyarakat yang telah ada merupakan modal sosial dalam menghadapi perubahan.

“Dengan mengetahui potensi kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat, pihak terkait dapat mengembangakan berbagai atraksi wisata,” ujar dosen IPB University dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata ini.

Tidak hanya itu, lanjut dia, pengetahuan terhadap kekayaan budaya ini dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dengan tetap mengakar pada budaya setempat serta memberikan dampak positif dalam pembangunan wisata berkelanjutan. Menurutnya, wisata berkelanjutan harus  didukung pula oleh kesiapan masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam proses pengembangan wisata di wilayahnya. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat merasakan dampak positif wisata dari aspek sosial, ekonomi, psikologis, politik, dan lingkungan.

Baca Juga :  Dirjen Diktiristek Resmikan Gedung Satu Gurindam-Ismeth Abdullah Universitas Maritim Raja Ali Haji

Sementara, Domingos Da Costa, Staf Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) II Pulau Harapan menyambut baik kedatangan tim peneliti IPB University. Pihaknya juga mendukung pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Ia menjelaskan, Pulau Harapan adalah salah satu pulau yang memiliki potensi wisata yang sangat tinggi dengan jumlah kunjungan mencapai 800-1000 orang per hari.

Berdasarkan informasi dari Junaedi, Ketua Kelompok Kerja Sadar Wisata (Pokdarwis), para pengunjung datang ke Pulau Harapan untuk selanjutnya mengunjungi pulau-pulau kecil lainnya dengan beragam aktivitas wisata seperti snorkling, diving, camping dan menikmati panorama alam khas Kepulauan Seribu. Meskipun demikian, aktivitas wisata berbasis budaya belum nampak, sehingga penelitian ini menjadi sangat diharapkan.

“Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat meliputi ide, pemikiran, karya, peralatan, maupun konsep dalam pengelolaan biodiversitas, lingkungan alam, serta lingkungan budayanya memiliki peran penting dalam kelestarian,” ujar Dr Syafitri Hidayati, dosen muda peneliti etnobiologi IPB University.

Baca Juga :  Mendikbudristek Ingatkan Kampus untuk Tak Takut Buka Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Menurutnya, masyarakat yang mendiami Pulau Harapan dan Pulau kelapa memiliki sejarah budaya yang sangat unik. Pencampuran budaya Betawi, Jawa, dan Mandar di Pulau Harapan membentuk budaya baru yang disebut dengan “Orang Pulo” dengan budaya yang berbeda dari suku asalnya.

Sebaliknya, di Pulau Kelapa Dua, budaya Bugis mendominasi dan menjadi modal sosial yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata di Kepulauan Seribu. Upacara adat syukuran laut yang masih dilakukan secara rutin setiap tahun menjadi indikator eksistensi budaya Bugis di pulau ini. Namun demikian menurut Wira Saut Perianto Simanjuntak, Kepala Resort SPTN Wilayah I Pulau Kelapa, terdapat indikasi terkikisnya budaya masyarakat Bugis yang mendiami Pulau Kelapa Dua.

Melihat kondisi dan potensi yang dimiliki oleh kedua pulau tersebut, Dr Eva menyampaikan revitalisasi budaya dapat dilakukan melalui pengembangan budaya sebagai alternatif Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTWA). Revitalisasi ini juga dapat dilakukan dengan penguatan kelembagaan serta partisipasi masyarakat dalam wisata menjadi penting dilakukan.

“Melalui penelitian dan pelibatan para pemangku kepentingan, hasil dari penelitian ini dapat diimplementasikan untuk mewujudkan wisata berkelanjutan di Kepulauan Seribu,” pungkasnya (SHY).