close

Respon Isu Perubahan Iklim, Mahasiswa IPB University Kembangkan Ice Cream Ramah Lingkungan

Lima mahasiswa program sarjana IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu Iswatun Annas, Melani Laela Lestari, Milkah Royna, Phidju Marrin Sagala, dan Zahra Amani ikut menjadi peserta dalam kegiatan Youth Leadership Camp for Climate Change (YLCCC) 2021.

Melalui kolaborasi disertai motivasi yang tinggi mereka menciptakan suatu gerakan ramah lingkungan yakni Climato.inc. Gerakan ini memberikan pengetahuan dan gagasan kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan iklim yang sudah sedang terjadi.

Gagasan awalnya, mereka berkreasi membuat es krim ramah lingkungan yang membawa misi kebaikan untuk kesehatan dan lingkungan sekaligus. Program ini pun turut mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 (Good Health and Well-being) dan nomor 12 (Responsible Consumption and Production).

“Climato menyadari pentingnya sistem pangan saat ini yang harus sehat, bergizi bagi tubuh namun juga tidak melupakan kelestarian lingkungan. Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate,” ujar Iswatun.

Pada awal gerakannya, Iswatun dan tim membuat Ice Cream Climato segar dari buah pisang yang diberikan kepada anak-anak di Babakan Lebak, Balumbang Jaya, Bogor. Selain itu, mereka juga menyampaikan pentingnya makanan ramah lingkungan yang bisa diolah dalam bentuk berbagai jenis olahan menarik.

Baca Juga :  Sambut Kampung Ramah Lingkungan, Tim KKN-T IPB University Mengadakan Pelatihan Pembuatan POC dan Penyemaian Bibit

“Anak-anak suka es krim Climato dan menanggapi rasanya yang enak dan sehat. Ke depannya jika kampanye ini terus dilanjutkan, harapannya Climato dapat membawa kebahagiaan bagi orang-orang yang membutuhkan. Selain itu Climato juga turut membuat publikasi terkait hal-hal tentang es krim dan juga korelasinya dengan iklim, seperti halnya carbon footprint,” imbuhnya.

Dalam rangka mengurangi jejak karbon, kita dapat menggunakan sumber pangan lokal dan juga lebih mengutamakan penggunaan kendaraan umum.

Divina Umanita Iliyyan selaku salah satu pembicara dalam podcast-nya mengemukakan pendapat, “Kampanye lingkungan itu menurut saya memang harus menyasar pada kegiatan yang lebih spesifik. Pendekatan yang bisa digunakan contohnya melalui fashion atau makanan. Sebagai contoh, pendekatan melalui makanan ya seperti yang dilakukan oleh Climato.”

Menurutnya, pendekatan ini lebih mudah dicerna oleh masyarakat dari berbagai kalangan karena targetnya nyata dan dapat dilakukan sehari-hari. Menanamkan ide untuk memilih sumber pangan yang lebih dekat dengan tempat tinggal menurutnya secara tidak langsung tentu akan mengurangi carbon footprint dari aktivitas manusia.

“Jika gerakan ini dilakukan oleh mayoritas masyarakat umum, bukan tidak mungkin emisi karbon dari sektor pangan dapat menurun secara signifikan yang pada akhirnya dapat mengurangi laju akselerasi krisis iklim,” ungkapnya.

Baca Juga :  KKN Abmas ITS Gagas Teknologi Pengering Limbah Ikan

Menurut Zahra Amani, selaku tim Equinox YLCCC 2021, es krim banyak peminatnya, sehingga mereka menjadikan es krim sebagai salah satu langkah strategis dalam menghubungkan makanan dengan perubahan iklim yang sedang terjadi.

“When it’s hotter, people eat more ice cream. Hal ini juga sesuai dengan kondisi yang jika semakin panas maka es krim akan mencair. Peristiwa ini juga merupakan analogi mencairnya es di kutub ketika bumi semakin memanas sehingga terjadi perubahan iklim di dunia. Es krim menjadi produk analogi yang juga dapat mengedukasi masyarakat bahwa bumi sedang memanas. Di sisi lain masih terdapat harapan untuk dapat melakukan tindakan mitigasi perubahan iklim, yaitu dengan lebih memerhatikan lingkungan dalam melakukan sesuatu seperti halnya es krim Climato yang smart climate, “ jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Climato diharapkan menjadi penggagas dan pembawa perubahan bahwa makanan itu bisa lebih ramah lingkungan dan rendah carbon footprint. Yaitu dengan cara menggunakan sumber pangan lokal serta turut mengedukasi masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar. (Phidju Marrin Sagala/Zul)