Maggot Potensial sebagai Alternatif Pangan dan Pakan

Asosiasi Profesor Indonesia (API) bersama Dewan Guru Besar (DGB) IPB University mengadakan Webinar seri ke-3 tentang Black Soldier Fly (BSF), 26/3. Webinar mengangkat tema “Dukungan Kebijakan terkait Pemanfaatan Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) dan Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi.”

“Hari ini kita mendapatkan insight dukungan dari pemerintah. Upaya menghadirkan tiga kementerian, akademisi, pebisnis dan masyarakat adalah bentuk kolaborasi pentahelix, tinggal digaungkan oleh media masa,” ungkap Prof Ari Purbayanto, Ketua Asosiasi Profesor Indonesia saat memberikan sambutan acara.

Gemmi Triastutik, Sekretaris Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mengatakan, arah kebijakan perikanan budidaya salah satunya adalah menjadi pusat jejaring perbenihan, produksi, usaha, pakan dan kesehatan ikan.

“Diantara tantangan dalam pembangunan perikanan budidaya adalah pengelolaan pakan, bagaimana agar mampu melakukan pemanfaatan dan penyediaan pakan alternatif,” ungkapnya.

Baca Juga :  Universitas Jember Masuk 10 Besar Perguruan Tinggi Penerima Bantuan PHP2D Dikti

Ia pun menyebutkan, pada tahun 2021, target produksi ikan dan udang sebesar 7,92 juta ton. Untuk memenuhi target produksi tersebut, dibutuhkan pakan ikan dan udang setidaknya 10,22 juta ton.

“Kebutuhan pakan ini masih dipenuhi dari produksi pabrik pakan dengan kapasitas kurang lebih 6,4 juta ton per tahun. Sehingga terdapat defisit pakan sekitar 2,9 juta ton. Dengan demikian, diharapkan keberadaan maggot atau BSF ini menjadi salah satu alternatif pakan buatan supaya bisa men-support kebutuhan bahan baku tepung hewani maupun nabati saat ini,” ungkap Gemmi.

Sementara, drh Boethdy Angkasa dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian mengatakan, “Pemanfaatan maggot sebagai hewan biokonversi sampah organik dapat menjadi alternatif substitusi bahan pakan sumber protein yang kita impor selama ini,” ujarnya.

Baca Juga :  ISI Yogyakarta Jalin Kerja Sama dengan Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

Budidaya maggot, katanya, dapat menjawab dua permasalahan besar Indonesia. Pertama, maggot dapat menjawab tantangan aspek ekologi karena maggot dapat mengonsumsi sampah organik secara cepat. Kedua, dari aspek ekonomi, maggot merupakan alternatif bahan pakan sumber protein yang tinggi energi dan menghasilkan pupuk organik yang kaya dari bekas larva dengan waktu yang lebih singkat dibanding metode konvensional,” tambah Boetdhy.

Sampai saat ini, maggot juga telah menjadi komoditas ekspor. Sri Endah Ekandari dari Badan Karantina Pertanian, mengatakan, maggot menjadi salah satu produk ekspor andalan Indonesia. Pasalnya, maggot potensial menjadi pangan alternatif untuk diekspor karena di Eropa, maggot sudah dijual untuk diolah menjadi pangan.