close

Dukung Program Makan Bergizi Gratis, Ditjen Riset dan Pengembangan Kembangkan Program Industrialisasi Desa

Jakarta – Sebagai upaya mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Fauzan Adziman mengembangkan program industrialisasi desa. Hal ini disampaikan Fauzan Adziman saat pelaksanaan taklimat media terkait program dan kebijakan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan dalam mendukung program prioritas nasional, Selasa (11/2).

Fauzan Adziman menjelaskan bahwa program industrialisasi desa ini dikembangkan karena dalam pelaksanaan MBG ini tentu akan membutuhkan peralatan pengolahan makanan, peralatan penyimpanan makanan yang masih banyak disuplai secara impor. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Fauzan Adziman mendorong perguruan tinggi akademik maupun vokasi untuk turut serta melakukan identifikasi kebutuhan peralatan maupun komponen-komponen yang digunakan dalam pelaksanaan program MGB.

“Melalui program industrialisasi desa ini kami mendorong perguruan tinggi akademik maupun vokasi bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kolaborasi ini untuk meningkatkan nilai tambah UMKM dalam penyediaan peralatan maupun komponen yang digunakan dalam pelaksanaan MBG sesuai dengan standar keamanan pangan sesuai yang dibutuhkan,” ujar Fauzan Adziman.

Baca Juga :  Berhasil Capai Catatan Baik Implementasi Kebijakan Kampus Merdeka, LLDIKTI XVI dan Universitas Negeri Gorontalo Jadi Tuan Rumah Kampus Merdeka Fair

Selain itu untuk memperkuat sisi suplai program MBG, Fauzan Adziman menjelaskan bahwa tantangan sisi suplai ini adalah terkait dengan rantai logistik untuk memenuhi kuantitas yang sangat besar. Menjawab hal ini, Direktorat Jenderal Risbang mengembangkan sistem pertanian cluster. Dalam sistem cluster ini perguruan tinggi melakukan pendampingan langsung ke desa-desa untuk mengembangkan komoditas baik pertanian, perkebunan, maupun peternakan sesuai dengan potensi unggul yang dimiliki masing-masing daerah.

Fauzan mencontohkan misalnya di daerah penghasil susu dapat memproses susu dengan alat-alat yang dikembangkan oleh perguruan tinggi pendamping di desa tersebut. Sehingga diharapkan, solusi-solusi yang diterapkan secara lokal dapat mengatasi permasalahan distribusi maupun suplai.

“Distribusi bisa terbantu jika perguruan tinggi dapat membantu suplai komponen atau alat yang diperlukan”, tegas Fauzan Adziman.

Selanjutnya, Fauzan Adziman menjelaskan bahwa Ditjen Risbang juga merancang program bagaimana mengukur capaian keberhasilan program MGB. Melalui riset teknologi pengukuran ini kita akan ketahui bagaimana kondisi anak sebelum dan sesudah menerima manfaat program MBG. Melalui pengukuran ini kita akan mengetahui capaian keberhasilan program MBG yang berkelanjutan.

Baca Juga :  Ditjen Dikti Selenggarakan Penguatan KIP Sekaligus Kenalkan Rancangan Permendikbud Baru

“Keterukuran MBG ini menjadi program yang kita kembangkan melalui riset dan pengembangan”, jelas Fauzan Adziman.

Sementara itu Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, I Ketut Adnyana menyampaikan bahwa program-program yang telah dicetuskan ini berbasis pada masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat saat ini.

“Program-program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat kita fokuskan untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah real yang terkait dengan MBG,” jelas Ketut Adnyana.

Ketut Adnyana juga menyoroti produktivitas lahan pertanian yang masih rendah. Menurutnya hal ini memerlukan sentuhan riset sebagai solusi salah satunya dengan riset-riset bibit unggul yang dilakukan oleh perguruan tinggi.

“Mengenai bibit unggul, tentu kita akan mengajak teman-teman di perguruan tinggi untuk meneliti dan menemukan bibit-bibit unggul dengan menerapkan salah satunya ilmu bioteknologi untuk mendapatkan bibit-bibit unggul,” jelas Ketut Adnyana.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak