Inovator IPB University ini Mengedepankan Aksi Humanis Presisi di 17 Desa Lingkar Kampus

“Kita tak boleh mengkomodifikasi anak-anak yatim, dengan mengundang artis berbiaya mahal, tapi justru tak tepat sasaran dalam menyantuni anak yatim dan dhuafa. Amanah donatur harus presisi dan akurat tersampaikan ke tangan yang berhak,” pesan Dr Sofyan Sjaf pada seluruh tim dari Unit Desa Presisi (UDP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University yang beberapa waktu lalu bertugas melakukan Aksi Kemanusiaan Presisi di 17 Desa Lingkar Kampus IPB University. Mereka bertugas memastikan santunan diterima langsung oleh anak yatim bersangkutan yang dibuktikan dengan adanya kartu Identitas Anak Yatim. Pada kartu terdapat nomor ID, foto anak yatim bersangkutan, nama desa dan Quick Response (QR) code.

Selain mengedepankan akurasi dalam pemberian santunan, Dr Sofyan Sjaf juga berusaha agar tidak lagi dilakukan mobilisasi anak yatim ke kampus IPB University sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga :  Dosen Vokasi UI Beri Pendampingan Pajak bagi UMKM di Cirebon

Dengan aplikasi ini, para donatur bisa melihat wajah anak-anak yang mereka bantu dan melihat bukti berupa foto bahwa anak tersebut telah menerima santunan tersebut.

“Kita buat seolah-olah donatur juga ikut menyampaikan secara langsung dan menyaksikan kebahagiaan di wajah anak yatim ketika menerima santunan ini. Dengan pemberian secara tatap muka, data yang telah diberikan oleh desa dapat diverifikasi lebih presisi karena ketika foto penyerahan santunan diunggah ke aplikasi, koordinat GPS ikut terekam. Sehingga lokasi rumah anak yatim ini dapat diketahui dan berguna untuk monitoring atau ketika melaksanakan aksi humanis presisi berikutnya,” jelas Rizki, salah satu petugas distribusi santunan.

Atas adanya giat santunan tersebut, upaya Dr Sofyan Sjaf sebagai Ketua Panitia Santunan Anak Yatim tersebut, menuai pujian dari Kepala LPPM IPB University, Dr Ernan Rustiadi. “Tidak seperti yang lalu-lalu, pendistribusian santunan anak yatim tahun ini kami melakukannya ke 17 desa/kelurahan lingkar kampus, mendatangi satu per satu rumah rumah anak yatim berbasis aplikasi. Hal ini dilakukan pertama untuk mengantisipasi terjadinya mobilisasi dan kerumunan warga di masa pandemi. Kedua, memastikan santunan yang diberikan dari para donatur diterima secara langsung kepada anak yatim bersangkutan, by name, by address dan by coordinate, yang dibuktikan dengan foto anak yatim menerima santunan. Ketiga, pendekatan baru ini jadi momentum bagi IPB University untuk bisa berkunjung dan bersilaturahmi kepada warga-warga di lingkar kampus. Dan terakhir, pendekatan baru santunan anak yatim berbasis aplikasi ini, adalah bentuk pengembangan dari Data Desa Presisi yang telah dilakukan pada tahun 2020,” ujarnya. (**/Zul)

Baca Juga :  Kurikulum Arsitektur Lanskap IPB University Jadi Trendsetter di Indonesia