close

Berkompetisi Mendapatkan Pekerjaan Karena Banyak Yang Sudah Diautomatisasikan

JAKARTA. Kamis (3/6). Pada tahun 2030, diperkirakan jumlah manusia akan menjadi 8.3 milyar. Saat itu, manusia yang berusia “produktif” harus berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan yang semakin sedikit karena banyak pekerjaan sudah diautomatisasikan. Hal itu disampaikan oleh anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) Dr. (HC) Noni Purnomo, B. Eng, M.B.A, pada webinar MWA UI Seri 3 bertema “Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Bangsa dan Kemanusiaan” yang diadakan kemarin (2/6). Noni menjadi salah seorang pembicara dalam seminar daring yang antara lain menghadirkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dr. (HC) Puan Maharani S.Sos., dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset RI, Nadiem Makarim, B.A., MBA.

Ada tiga kata kunci yang saat ini terus dibicarakan oleh para pelaku bisnis di dunia, yaitu urbanisasi, digitalisasi, dan konektivitas, katanya. Ketiga aspek tersebut mengubah banyak hal dalam gaya hidup manusia masa kini, mulai dari cara berinteraksi sampai cara berbisnis. Sebagai sosok yang dikenal tidak sungkan turun ke lapangan dan puluhan tahun berkecimpung di industri jasa transportasi, topik yang dibawakan Noni terasa tepat, yakni “Kompetensi Lulusan yang dibutuhkan Industri”. Ia menghadirkan perspektif dunia industri terhadap kondisi lulusan perguruan tinggi saat ini dan kaitannya dengan era digital.

Perubahan yang terjadi karena perkembangan teknologi informasi saat ini menuntut para lulusan perguruan tinggi untuk beradaptasi. Terutama dalam kaitannya dengan konteks penyerapan tenaga kerja. “Salah satu kemampuan yang diperhitungkan saat ini dari diri seseorang adalah agility. Apa itu? Yaitu kemampuan untuk mengatasi perubahan yang terjadi. Fleksibiltas dalam menghadapi tantangan,” ujarnya.

Baca Juga :  Prof. Mohamad Nasir Bahas Strategi Kuliah Tatap Muka dalam Webinar SEVIMA

Tantangan penguasaan atas teknologi informasi dan komunikasi yang dihadapi oleh generasi masa depan ini juga sama seperti pendapat Prof. Ari Kuncoro S.E., M.A., Ph.D, Rektor Universitas Indonesia. “Kegagalan untuk menguasai teknologi menyebabkan bangsa kita menjadi rentan terhadap arus serbuan berita palsu atau hoaks. Selain itu, kegagapan teknologi juga berkorelasi terhadap lahirnya kemiskinan di bidang literasi informasi. Di sinilah, pendidikan jelas memikul tanggung jawab utama,” ujarnya dalam sambutan webinar itu.

Kemampuan untuk mengatasi perubahan dan beradaptasi tersebut, kata Noni, harus disertai dengan kemauan untuk terus belajar (lifelong learning). “Bagaimana kita sebagai manusia bisa dan harus mau belajar dengan mengggunakan jenis pembelajaran dan sumber pembelajaran dari manapun dan kapanpun. Itu menurut kami kapasitas yang sangat diperlukan untuk sumber daya manusia ke depan,” kata Noni Purnomo, menambahkan.

Kreativitas juga menjadi faktor lain yang menjadi penentu kualitas seseorang. Menurutnya, saat ini para pembisnis menyukai tenaga kerja yang mampu menyelesaikan masalah dan memberikan solusi. Ia menambahkan, berpikir out of the box dalam batas-batas tertentu. Kemampuan berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain juga menjadi salah satu faktor penentu.

Baca Juga :  Sapuangin ITS Pertahankan Prestasi Internasional di Bidang Data dan Telemetri

Fenomena yang digambarkan Noni membawa perubahan nyata pada saat industri melakukan perekrutan tenaga kerja yang tidak lagi menekankan kepada kompetensi akademik seorang pelamar kerja, melainkan lebih kepada sikap, karakter, dan kemampuan beradaptasi. Selain itu, karena manusia masa kini sudah berada di dunia digital, maka ilmu yang terkait proses bisnis digital juga menjadi salah syarat kemampuan yang harus dipelajari oleh para lulusan perguruan tinggi. Noni Purnomo, CEO Blue Bird Group, menjelaskan bahwa kemampuan seorang lulusan perguruan tinggi berhubungan dengan data analitik dan analisis perilaku konsumen. Hal itu harus sesegera mungkin diperdalam oleh para lulusan perguruan tinggi dari berbagai bidang.

Dengan tema “Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Bangsa dan Kemanusiaan”, seminar ini berusaha menjawab isu-isu krusial dunia pendidikan. “Seri ke-3 webinar MWA kali ini fokus terhadap pendidikan. Isu yang diangkat tidak hanya pada hal pembentukan kecerdasan, namun juga tentang hal yang perlu dilakukan agar institusi pendidikan dapat berbagi tugas mendidik manusia Indonesia dengan para pemangku kepentingan lainnya, seperti industri, komunitas, ormas dan lembaga pemerintah atau swasta,” ujar Ketua MWA UI, Saleh Husin SE, MSi.