close

Pimnas 36: Membangun Desa Bebas Sampah Organik

Sampah merupakan sesuatu yang dianggap kotor, remeh, dan tidak bernilai. Namun, faktanya hingga saat ini sampah menjadi permasalahan yang belum bisa teratasi dengan baik. Belum banyak masyarakat yang memiliki pengetahuan untuk memilah dan mengolah sampah.

Hal ini mendorong lima mahasiswa Universitas Padjadjaran menggagas program pengabdian kepada masyarakat. Lima mahasiswa tersebut, yaitu Yusmu Chusnul Kusmiyana (Sosiologi), Dhia Alif Al Habibie (Sosiologi), Fransisca Mellya (Sosiologi), Patricia Hemalia Nursanti (Agroteknologi), dan Yonathan Derri Ompusunggu (Teknik Pertanian) dan dosen pembimbing Vira Kusuma Dewi, S.P., M.Sc., Ph.D.

Berlokasi di Desa Cinanjung, Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, lima mahasiswa tersebut menginisiasi “Program Masyarakat Cinanjung Bebas Sampah Organik” (Maju Berani). Maju Berani merupakan sosialisasi pemilahan sampah, dan pelatihan pembuatan kompos dengan metode takakura.

Baca Juga :  QS WUR 2022, ITS Terbaik dalam Aspek Internasionalisasi di Indonesia

Program ini merupakan implementasi dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) yang berhasil lolos ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-36 di kampus Unpad, 26 November – 1 Desember 2023.

Yusmu menuturkan, Desa Cinanjung dipilih karena banyak masyarakatnya yang belum mengetahui cara pengolahan sampah yang benar. “Selama ini sampah hanya dibakar, ada sistem pengangkutan tapi tersedia bagi warga yang mau membayar saja,” kata Yusmu.

Pemilihan takakura sebagai metode pengolahan sampah disebabkan oleh metode ini sangat mudah untuk diimplementasikan khususnya dalam lingkup rumah tangga. Selain itu, bahan-bahan yang diperlukan berada di sekitar sehingga sangat mudah didapatkan seperti keranjang, kardus, sekam dan kompos jadi sebagai starter.

Baca Juga :  Gubernur Aceh Jajaki Kerja Sama dengan ITS di Sektor Pendidikan

“Setidaknya dengan melakukan pengabdian masyarakat ini kami dapat mengimplementasikan ilmu yang telah kami peroleh semasa kuliah serta melakukan aksi yang tidak hanya berkutat dalam hal akademik semata melainkan kerja nyata karena dalam praktiknya masyarakat sangat membutuhkan para pemuda (mahasiswa) sebagai agen penggerak dan perubahan.” ujar Yusmu.

Selain melakukan sosialisasi metode pengolahan sampah, tim juga melakukan monitoring one on one pelatihan pengemasan produk yang menarik, pelatihan pemasaran produk baik secara luring maupun daring, dan pelatihan pembukuan keuangan baik secara manual maupun dengan Ms. Excel.*