close

Ryo, Satu-satunya Mahasiswa Teknik Asal Indonesia di AFMAM Plus Japan

Mahasiswa Departemen Teknik Sipil ITS Satryo Akbar Nurizki saat menjadi delegasi terpilih mewakili Indonesia pada AFMAM Plus Japan 2023

Kampus ITS, ITS News – Menjadi mahasiswa teknik tak menghalangi Satryo Akbar Nurizki untuk berprestasi dalam bidang diplomatik. Bahkan, mahasiswa Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini berhasil terpilih sebagai satu-satunya mahasiswa teknik dalam delegasi ASEAN Foundation Model ASEAN Meeting (AFMAM) Plus Japan yang berlangsung di Jakarta selama empat hari, hingga Kamis (9/11) lalu.

Telah mengantongi lima penghargaan dari ajang Model United Nations (MUN), mahasiswa yang akrab disapa Ryo ini menyampaikan bahwa prestasi tersebut telah menjadi salah satu bekal dalam seleksi AFMAM Plus Japan ini. “Awalnya, saya tidak tahu akan adanya program ini, tapi setelah melakukan riset, saya meyakinkan diri untuk mendaftarkan diri,” jelasnya.

Membagikan ceritanya pada proses persiapan, Ryo mengaku bahwa segala persiapan baru selesai dilengkapi pada hari terakhir batas pendaftaran. “Salah satu persyaratannya adalah esai, tapi karena waktu yang terbatas, saya mengerjakan esai ini hanya dalam waktu dua jam,” ungkap mahasiswa angkatan tahun 2022 ini.

Selain esai, Ryo juga menjelaskan ada beberapa persyaratan administrasi yang perlu disiapkan. Yakni mulai dari paspor, asuransi kesehatan, hingga surat keterangan dari kampus. “Alhamdulillah saya dinyatakan lolos seleksi berkas pada tanggal 4 Oktober 2023,” tambahnya penuh syukur.

Bukan perjalanan yang mudah, tahap selanjutnya yaitu interview yang dilewati dengan penuh perjuangan. Pasalnya, Ryo harus menjalani interview yang bersamaan dengan jadwal kelas. “Walaupun kelas asinkronus saat itu, tapi rasanya sangat unik karena saya berbicara sendiri dalam Bahasa Inggris di antara teman-teman yang sedang mengikuti kelas,” ungkapnya.

Baca Juga :  Teliti Teori Kuantum, Doktor ITS Lulus dengan Lima Publikasi Q1

Akhirnya terpilih menjadi salah satu delegasi di antara delapan delegasi Indonesia lainnya, Ryo mengaku sangat bangga telah berhasil lolos di tengah persaingan yang ketat. “Melihat AFMAM yang bersifat fully-funded dan berskala ASEAN, saya sangat bersyukur telah mendapatkan kesempatan ini,” tuturnya.

Mahasiswa yang juga aktif dalam ITS MUN Club ini mengaku bahwa ia dilibatkan pada ASEAN Community Pillar dengan fokus ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) mewakili Vietnam. “Sistem yang diberlakukan adalah setiap delegasi akan dialokasikan sebagai representasi negara lain di luar kewarganegaraannya untuk mengenal lebih jauh negara tersebut,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ryo menerangkan, isu yang diangkat pada AFMAM Plus Japan ini adalah Empowering Young Leaders to Promote Education Through People-to-People Exchanges and Programs. Yakni, utamanya tentang bagaimana cara meningkatkan pemerataan edukasi di ASEAN melalui program pertukaran.

Suasana AFMAM Plus Japan Meeting 2023 yang berlangsung di Sekretariat ASEAN, Jakarta

Menunjukkan ide yang diangkat, Ryo mengusulkan untuk meningkatkan pertukaran dosen dalam hal internasionalisasi dan kapasitas dosen pascamasa studi. “Sejauh ini kebanyakan program pertukaran hanya berfokus pada pelajar, tetapi tidak pada elemen pengajar,” tegasnya mengingatkan.

Berlangsung di Hotel GranDhika Iskandarsyah dan kantor Sekretariat ASEAN di Jakarta Selatan, kegiatan diawali dengan pre-conference training untuk memberikan pembekalan mengenai Model ASEAN Meeting. Kemudian, hari kedua dan ketiga dilanjutkan dengan training simulation dan Model ASEAN Meeting secara langsung di ASEAN Hall. “Hari keempat diisi dengan trip ke Taman Mini Indonesia Indah dan cultural night di Hotel GranDhika,” paparnya.

Baca Juga :  ISI Yogyakarta Jalin Kerja Sama dengan Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

Membagikan pengalamannya pada cultural night, para delegasi Indonesia sepakat untuk mempersembahkan tarian Maumere. “Momen ini termasuk yang sangat seru karena semua orang yang hadir turut menyemarakkan dengan menari, bukan hanya mereka yang dari Indonesia,” ujarnya.

Tak hanya itu, mahasiswa asal Sidoarjo ini mengaku bahwa ia merasa lebih mengenal budaya dan karakteristik pemuda-pemuda di ASEAN dan Jepang usai mengikuti program. “Ini menjadi kali pertama saya bertemu dan berteman dengan orang Jepang, sehingga semakin memotivasi saya untuk pergi ke sana kelak,” tuturnya.

Bicara tentang Model ASEAN Meeting, ini bukan hal baru bagi Ryo yang sudah cukup sering berpartisipasi pada MUN, baik skala nasional hingga internasional. “Jadi interaksi sosio-kultural antar pemuda ASEAN dengan Jepang inilah yang menjadi pengalaman paling mengesankan bagi saya,” ungkapnya.

Program garapan ASEAN Foundation ini telah meninggalkan kesan yang sangat menyenangkan bagi Ryo. Selain itu, menurut Ryo, kegiatan ini juga telah berhasil menciptakan ruang interaksi yang inklusif bagi peserta untuk saling mengenal aspek sosio-kultural yang berbeda di antara mereka.

Menurut sudut pandangnya, meskipun seorang calon civil engineer nantinya, MUN yang pada pada esensinya mengangkat isu global multidimensional ini tetap merupakan ruang berkembang yang tepat baginya. “Mengingat sebagai engineer, kita akan menjadi pelaksana ide yang paham akan isu kemasyarakatan, policy making, dan diplomasi,” pungkasnya optimistis. (HUMAS ITS)