Mahasiswa ITS Usung Budaya dalam Desain Kursi Khusus New Normal

ITS Mo-Ma-Doq 1
Ferdy Pradipta Zulfaninata, mahasiswa Desain Interior ITS, menunjukkan desain dari kursi Mo-Ma-Doq buatannya

Kampus ITS, ITS News – Pandemi Covid-19 tidak menghalangi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk tetap berinovasi dan berprestasi. Kali ini, Ferdy Pradipta Zulfaninata, mahasiswa Departemen Desain Interior ITS yang berhasil mengantongi medali perak dalam ajang Bharatika Creative Design Festival 2021 melalui rancangan kursi yang sesuai untuk era new normal.

Dengan tema Physical Distancing Chair, Ferdy mengangkat tari Hudoq sebagai konsep utama dari desain kursi yang dikembangkan. Kursi yang berhasil membawa Ferdy meraih perak pada kategori Chair Design ini diberi nama Mo-Ma-Doq. Yakni merupakan singkatan dari Modular Mask Doq, di mana Doq sendiri adalah kependekan tari Hudoq. Tari Hudoq adalah tari yang erat kaitannya dengan suku Dayak Bahau sebagai salah satu rumpun suku Dayak.

Diangkatnya tema budaya pada kursi ciptaan Ferdy merupakan sebuah bentuk simbolisasi dan kebanggaannya sebagai putra daerah. Di samping itu, konsep dari tarian yang dirasa cocok dengan era new normal membuat pemuda berkacamata itu mengeksekusi tari Hudoq dalam sebuah desain. “Saya itu lahir dan besar di Kalimantan Timur, tepatnya Samarinda, jadi saya mengangkat tarian Hudoq dari Dayak Bahau,” terangnya.

Baca Juga :  Webinar Kedaireka x Akuo Energy Indonesia, Bahas Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia

Lebih lanjut, terkait pengimplementasian konsep tari tradisional ke dalam bentuk kursi, Ferdy berkata bahwa tari Hudoq merupakan tarian yang dilakukan dengan menggunakan penghalang muka atau topeng. Adanya penghalang muka yang menjadi atribut utama tari Hudoq ini menginspirasinya tentang situasi pandemi, di mana orang-orang harus menutupi setengah wajahnya.

ITS Mo-Ma-Doq 2
Desain Kursi Mo-Ma-Doq gagasan Ferdy Pradipta Zulfaninata, mahasiswa Desain Interior ITS, dalam Bharatika Creative Design Festival 2021

Namun, tidak hanya segi filosofis yang menjadi konsep utama, Ferdy bertutur bahwa gerakan yang dimiliki tari Hudoq juga diaplikasikan dalam desain. Koreografi tari Hudoq yang memiliki gerakan memutar ditransformasi oleh Ferdy sehingga membentuk kursi yang melingkar dan saling membelakangi. “Saya aplikasikan bentuk kursinya saling membelakangi sehingga tidak ada tatapan muka,” papar mahasiswa berusia 21 tahun tersebut.

Ferdy juga menjelaskan bahwa pengaplikasian desain kursi yang dibuat memutar memiliki tujuan meminimalisasi penyebaran Covid-19. Tidak cukup sampai di situ, sesuai nama yang diberikan pada kursi, Ferdy menciptakan kursi ini dalam bentuk modular. Desain modular merupakan konsep desain yang dapat membagi produk dalam beberapa modul atau gabungan. “Jadi, saya membuat konsep modular agar pertama mudah diproduksi secara masal,” imbuhnya.

Baca Juga :  Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Jalin Kerjasama dengan TikTok dan Tokopedia

Intensi lain dari desain modular selain untuk menghindari orang bertatap muka adalah membuat kursi Mo-Ma-Doq menjadi produk yang bisa dibongkar pasang, sehingga multifungsi dan mudah dipindahkan. Pemuda kelahiran 16 Maret 2000 itu turut menguraikan bilamana pembatas yang terdapat pada kursi bisa menjadi perantara untuk pot bunga dengan memanfaatkan ruang kosong yang ada.

ITS Mo-Ma-Doq 3
Konsep modular pada kursi Mo-Ma-Doq, karya mahasiswa Desain Interior ITS, yang bersifat multifungsi dan bisa menjadi perantara untuk pot bunga

Ajang Bharatika Creative Design Festival 2021 diadakan oleh Fakultas Seni dan Desain dari Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya, 21-23 Mei 2021 lalu. Tema yang diangkat pada tahun ini memang bertujuan untuk merespon situasi pandemi dari segi desain. Saat ini, kursi pada ruang publik kebanyakan diberi tanda silang sebagai penghalang, sehingga diadakan ajang untuk menggagas rancangan kursi khusus era new normal tanpa melunturkan nilai seni dan estetika.

Di akhir wawancara, Ferdy menyampaikan pesan dan harapannya kepada seluruh mahasiswa ITS yang masih berjuang. “Bagi yang masih takut dan belum membuka diri, apa pun kesempatan yang ada dicoba saja. Kalaupun belum menang, jangan pernah menyerah karena semua orang punya waktunya masing-masing,” tandasnya mengingatkan. (HUMAS ITS)

Sumber : its.ac.id/news