close

LLDIKTI III Dorong Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Membangun Smart Village di Cianjur

Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah III merintis pilot project berupa kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Kampus Merdeka – Smart Village yang melibatkan mahasiswa dan dosen. Program PKM Smart Village dilaksanakan di empat desa di Kabupaten Cianjur, yaitu Desa Kademangan dan Desa Jamali di Kecamatan Mande serta Desa Ciherang dan Desa Ciputri di Kecamatan Pacet.

“Secara umum, PKM Smart Village ingin agar masyarakat di Kabupaten Cianjur sadar bahwa potensi yang ada di daerahnya bisa diakselerasi dengan menggunakan teknologi,” ungkap Tri Munanto, Ketua Tim Kerja Belmawa dan Prestasi di LLDIKTI III.

LLDIKTI merupakan satuan kerja pemerintah yang bertugas membantu peningkatan mutu pendidikan tinggi di wilayah tempat mereka berada. LLDIKTI III mencakup wilayah kerja Provinsi Jakarta.

Terkait pemilihan lokasi di Kabupaten Cianjur, LLDIKTI III memiliki beberapa pertimbangan. Pertama, perguruan tinggi di Jakarta pernah melakukan kegiatan pengabdian di Kabupaten Cianjur saat bencana gempa bumi tahun 2022. Namun, kegiatan ini hanya bisa dilakukan dalam jangka waktu terbatas dan masih dirasa kurang. Alasan kedua, Cianjur resmi menjadi daerah aglomerasi setelah Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta disahkan di tahun 2024. Namun, jika dibandingkan dengan Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, tingkat pemerataan ekonomi, akses terhadap teknologi, dan aspek-aspek lainnya di Kabupaten Cianjur belum bisa menyamai daerah aglomerasi yang lain.

“Berawal dari keunikan di LLDIKTI III yang ingin berfokus pada pengembangan teknologi, kami ingin menjadikan minimal desa di Kabupaten Cianjur bisa menyamai desa-desa di sekitarnya,” tambah Tri Munanto.

Pembangunan Smart Village di Kabupaten Cianjur dilaksanakan melalui 6 pilar yaitu Smart People, Smart Living, Smart Environment, Smart Governance, Smart Economy, dan Smart Mobility. Smart People berfokus pada manfaat teknologi dalam kehidupan sehari-hari baik secara personal maupun sosial. Smart Living adalah upaya penggunaan teknologi untuk memudahkan berbagai layanan untuk masyarakat, misalnya layanan kesehatan. Smart Environment adalah penggunaan teknologi untuk mendukung gerakan seperti green energy dan green farming. Kemudian, Smart Governance berfokus untuk mengedukasi masyarakat agar bisa beradaptasi dengan digitalisasi di layanan pemerintah. Smart Economy meliputi aspek ekonomi kreatif, dan Smart Mobility berfokus pada pemanfaatan teknologi untuk distribusi hasil pertanian, logistik, dan lain-lain.

Baca Juga :  Departemen Radiologi FKG UI Beri Penyuluhan tentang Radiografik ke SMAN di Jakarta Timur

Untuk memastikan keenam pilar tersebut terlaksana dengan baik, LLDIKTI III memilih delapan hingga sembilan Perguruan Tinggi Pengampu (PT Pengampu) yang memiliki rekam jejak baik dalam melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Program Smart Village memang merupakan perpaduan dari kegiatan PKM yang umumnya dilakukan dosen sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi dan kegiatan KKN Tematik yang dilakukan mahasiswa. Pada kegiatan berkonsep PKM, dosen biasanya hanya sesekali turun ke lapangan. Dengan memadukan konsep PKM dan KKN Tematik, mahasiswa diharap dapat membantu mengawal dan mengimplementasikan ide serta gagasan dari masing-masing tim.

Sementara, peran PT Pengampu adalah melakukan survei mengenai enam pilar yang telah disebutkan di atas serta mengoordinasikan tim-tim kecil dalam pelaksanaan program di lapangan. Namun, program ini tetap terbuka bagi semua perguruan tinggi di Jakarta yang ingin bergabung dan ikut mengirimkan tim. Setiap tim terdiri dari satu dosen sebagai ketua tim, dua dosen dengan status anggota, dan minimal 3-5 orang mahasiswa. Saat ini, total terdapat 85 tim dari 46 perguruan tinggi.

Program PKM Smart Village mulai dirintis sejak bulan Agustus dan akan berjalan selama semester ganjil 2024/2025. Saat ini, belum semua tim bisa langsung terjun ke lapangan. Proses penerjunan tim ke lapangan bergantung pada lama persiapan dan tantangan yang dihadapi di setiap desa. Namun, LLDIKTI III mengharapkan semua tim selesai melaksanakan program per Februari 2025 dan dapat memberikan luaran kegiatan.

Sedangkan bicara soal keberlanjutan program di tahun 2025, LLDIKTI III bermaksud mengembangkan program PKM Smart Village ini melalui dua tahap. Pertama, LLDIKTI III akan memastikan keberlanjutan KKN Tematik di desa-desa lain di Kecamatan Mande dan Kecamatan Pacet.

Tahap kedua, LLDIKTI III bermaksud menjangkau kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Cianjur. Saat ini, LLDIKTI III masih berfokus di Cianjur bagian utara.

“Ke depannya, kami ingin kegiatan ini juga dilakukan di Cianjur bagian selatan. Tantangan di Cianjur bagian selatan lebih berat, akses terhadap teknologi masih sangat minim karena daerahnya pegunungan,” papar Tri Munanto.

Selain itu, LLDIKTI III juga menyambut ide pelaksanaan program PKM Smart Village di kabupaten lain. Saat ini, dua kabupaten yang masih dalam tahap diskusi awal pelaksanaan PKM Smart Village adalah Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Baca Juga :  Mahasiswa ITS Hadirkan Kota Cerdas Bebas Kemacetan Lewat Aplikasi SISRI

Kontribusi PKM Smart Village Terhadap Kompetensi Mahasiswa

Selain sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat, program PKM Smart Village merupakan salah satu upaya untuk mendorong implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri bagi perguruan tinggi di wilayah Jakarta.

Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan inovasi untuk mendorong transformasi sistem pendidikan tinggi di Indonesia agar menghasilkan lulusan yang relevan dengan perkembangan lingkungan dan zaman. Sementara, MBKM Mandiri adalah bentuk kegiatan MBKM yang dijalankan secara mandiri dan berkelanjutan oleh perguruan tinggi dalam rangka membangun ekosistem merdeka belajar.

“Salah satu luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah publikasi jurnal PKM. Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya menerapkan ilmu di masyarakat tetapi juga bisa belajar menuangkan hasil kegiatan dalam bentuk artikel,” jelas Tri Munanto.

Untuk itu, LLDIKTI III memberikan syarat keikutsertaan mahasiswa meskipun syarat tersebut tidak bersifat wajib. Pertama, mahasiswa yang ikut serta dalam PKM Smart Village merupakan mahasiswa tingkat akhir, dengan harapan pengalaman mereka di Kabupaten Cianjur dapat dijadikan objek penelitian skripsi. Selain itu, LLDIKTI III juga berharap agar mahasiswa yang pada tahun 2025 akan mengikuti kegiatan dengan pendanaan dari Direktorat Belmawa agar dapat mengikuti PKM Smart Village. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan seperti Program Kreativitas Mahasiswa atau Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan, yang memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan hibah untuk pengembangan desa lebih lanjut.

Sebagai salah satu bentuk implementasi MBKM Mandiri, PKM Smart Village juga memberikan mahasiswa kesempatan untuk melakukan konversi SKS. Kebijakan MBKM mengizinkan mahasiswa untuk mendapat konversi maksimal 20 SKS. LLDIKTI III telah mempersiapkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dengan total 10 SKS yang berfokus pada pengembangan soft skills seperti kemampuan komunikasi dan memecahkan masalah. Sementara, 10 SKS sisanya akan disesuaikan dengan program kerja di setiap tim. Sebagai contoh, tim yang bergerak di bidang ekonomi bisa melakukan konversi hard skills yang berhubungan dengan bidang ekonomi sebanyak 10 SKS.