close

Ditjen Dikti Adakan Pembekalan Duta Edukasi Perubahan Perilaku

Jakarta – Program Duta Edukasi Perubahan Perilaku yang diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud merupakan salah satu bentuk program berkelanjutan dari Relawan Covid-19 (RECON) dan KKN Tematik yang digerakkan oleh mahasiswa sebagai agen perubahan dan generasi solutif. Mahasiswa sebagai duta edukasi memiliki amanah yang besar untuk menggerakkan perubahan perilaku hidup sehat. Oleh karena itu, Ditjen Dikti memberikan pembekalan kepada para duta edukasi perubahan perilaku (epp), mulai dari sisi substansi edukasi, strategi edukasi, hingga strategi komunikasi yang efektif agar pemberian edukasi kepada masyarakat menjadi tepat sasaran.

“Proses pembekalan diharapkan dapat dilakukan secara berkala, sejalan dengan perkembangan kebijakan dan informasi terkait penanganan Covid-19. Monitoring dan evaluasi program juga akan dilakukan secara terstruktur melalui platform RECON sehingga dapat dipantau dan dievaluasi bersama oleh Ditjen Pendidikan Tinggi dan Satgas,” ungkap Aris Junaidi, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan pada acara Pembekalan Duta Edukasi Perubahan Perilaku, Rabu (14/10).

Dalam acara yang diselenggarakan secara virtual ini Aris menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh mahasiswa, dosen, dan perguruan tinggi yang berkontribusi dalam Program Duta Edukasi perubahan Perilaku. Ia pun berharap program ini dapat menjadi life-long learning atau pembelajaran sepanjang hayat bagi mahasiswa sekaligus menjadi aplikasi konkret dari Program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar. Aris katakan bila 1 mahasiswa dapat mengubah satu orang saja maka ini berdampak pada satu keluarga dan seterusnya sehingga terjadi perubahan kolektif.

Sementara itu, Widyaprada Ahli Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Harris Iskandar yang juga menangani bidang perubahan perilaku Satgas Covid-19 mengatakan di Indonesia terdapat 10 Provinsi dan 53 Kabupaten/Kota dengan tingkat penyebaran virus tertinggi. Adapun 10 provinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Aceh, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Papua, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Saat ini Covid-19 sudah mengakibatkan 1.077.799 kematian di dunia, 11.935 kematian di Indonesia, termasuk berdasarkan data IDI, 130 dokter dan 93 perawat gugur.

Baca Juga :  Tawaran Pendaftaran Program Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris (PKBI) Tahun 2021

Berkaitan dengan hal tersebut angka kematian tenaga kesehatan sangat tinggi dan beberapa rumah sakit mulai penuh sehingga perlu adanya perubahan strategi yaitu Dokter dan Perawat berada di garda belakang sedangkan masyarakat berada di garis terdepan menghadapi Covid-19.

Dengan adanya mahasiswa dan duta perubahan perilaku ini diharapkan dapat merubah perilaku dan mindset 17 % dari total 270 juta penduduk Indonesia atau sekitar 45.9 juta masyarakat yang masih percaya dan sangat yakin tidak akan terpapar Covid-19. Duta perubahan perilaku akan turun kelapangan dan mengajak masyarakat melakukan 3M yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak dengan strategi intervensi perilaku.

Harris menjelaskan virus ini sangat unik karena pembawa virus ini adalah orang-orang terdekat kita yaitu teman, saudara, teman kantor, dan orang terdekat lainnya. Sehingga masih banyak masyarakat yang tidak sadar akan bahaya virus tersebut dan rata-rata orang yang terpapar virus ini rentang usia 20-30 tahun. Oleh karena itu, Duta Konsep perubahan perilaku memiliki tagline yaitu “ingat pesan ibu”, karena ibu memiliki otoritas tertinggi di setiap kehidupan individu, serta adanya konsep dari psikologi yaitu jika seseorang melakukan sesuatu selama 21 hari dan dilakukan secara konsisten maka di hari 22 sudah menjadi kebiasaan baru.

“Seorang ahli perang dari China mengatakan “know yourself and you will win all the battle” yang mana kita harus mengenali diri kita, kenali musuhmu, dan kenali medan perangmu, dan Ibnu Sina juga mengatakan kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan. Sehingga dalam menghadapi Covid-19 ini kita harus tetap memiliki hati yang tenang, bahagia, istirahat yang cukup, berolahraga, dan juga beribadah untuk mendapatkan ketenangan jiwa,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Wiku Adisasmito, selaku Tim Pakar dan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, menjelaskan mengenai pengetahuan dasar covid-19 di Indonesia. Covid adalah penyakit emerging infectious disease yang mana infeksi sebenarnya berasal dari hewan dan karena adanya interaksi manusia, hewan, dan lingkungan yang bersatu sehingga mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang bersifat zoonosis atau disease of tomorrow.

Baca Juga :  Bukan Supranatural, Ini Penjelasan Ilmiah Guru Besar IPB University tentang Tidak Adanya Kucing Jantan yang Memiliki Belang Tiga

“Berdasarkan peta emerging dan re-emerging disease challenges tahun 2004, dalam 16 tahun terakhir, terdapat empat penyakit baru yang muncul menjadi epidemi dan pandemi. Empat penyakit tersebut adalah H7N9, A(H1N1) pdm09, MERS-CoV, dan Covid-19 yang saat ini sedang terjadi,” ucapnya.

Perkembangan kasus harian Covid-19 per 13 oktober 2020 di Indonesia, ada sebanyak 3.906 dalam penambahan kasus positif dalam sehari, jumlah kasus aktif sebanyak 65.299, jumlah kasus sembuh sebanyak 263.296, dan jumlah kasus meninggal dunia sebanyak 12.027. Data tersebut disampaikan tidak menggunakan angka kumulatif, karena angka kumulatif yang ratusan ribu sebenarnya tidak pernah turun, hal ini disebabkan oleh jika bertambahnya satu atau seribu kasus maka angka tersebut akan tetap naik. Fokus utamanya adalah pada jumlah kasus aktif agar mengurangi yang meninggal dan meningkatkan yang sembuh.

Selain itu, Wiku menjelaskan terdapat 8 target utama yang harus dilakukan, yaitu melindungi kelompok rentan, menekan kasus aktif, meningkatkan 3T (testing, tracing dan treatment), menciptakan program vaksinasi, meningkatkan ketersediaan reagen, PCR dan APD, melakukan sosialisasi massif, meningkatkan perubahan perilaku, dan meningkatkan interoperabilitas data. Dalam hal ini dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, dan media.

“Diharapkan rekan-rekan mahasiswa dapat memahami bahwa preventif dan promotif adalah mencegah lebih baik dari pada mengobati. Maka dari itu diharapkan paparan yang sudah disampaikan dapat bermanfaat sebagai bekal dan dapat disosialisasikan kepada masyarakat. Karena kita harus bersatu untuk melawan Covid-19,” pungkasnya.
(YH/DZI/FH/DH/NH/MFS/VAL/YJ/ITR)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan