Dukung Energi Terbarukan, Mahasiswa ITS Gagas Pengontrol Pemurnian Biogas

Andreas Krisma Sukmana, mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS penggagas SMITOL (Smart Humidity Control pada Proses Purifikasi Biogas)
Andreas Krisma Sukmana, mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS penggagas SMITOL (Smart Humidity Control pada Proses Purifikasi Biogas)

Kampus ITS, ITS News – Implementasi pengembangan biogas rumah tangga di Indonesia kini masih minim untuk menuju energi terbarukan di tahun 2025. Berangkat dari hal tersebut, Andreas Krisma Sukmana, mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat terobosan berupa alat kontrol temperatur cerdas untuk pemurnian biogas.

Mahasiswa yang biasa disapa Andre ini merancang alat yang diberinya nama SMITOL (Smart Humidity Control pada Proses Purifikasi Biogas) dengan menggunakan metode redundancy water scrubber dan silika gel berbasis Internet of Things (IoT). Metode tersebut digunakan oleh Andre karena water scrubber dinilai lebih efisien dan mampu menangkap partikel dalam bentuk kecil serta dapat mengikat gas.

Sedangkan silika gel dapat menghindari berkembangnya kelembaban yang berlebihan setelah melewatinya, karena sifat yang dimiliki menyerap tanpa mengubah kondisi zatnya. Teknologi yang ditawarkan oleh mahasiswa angkatan tahun 2018 tersebut dapat memurnikan biogas dengan menjaga kelembaban dan menyimpan data yang disimpan di database.

Tidak hanya itu, lanjut Andre, SMITOL menggunakan sistem pengendalian otomatis dan IoT. “Sistem tersebut saya gunakan supaya kelembaban dari output purifikasi tetap terjaga, lalu diatur menggunakan smartphone dan monitoring secara real time,” tutur Andre.

Baca Juga :  UGM Bersiap Selenggarakan PTM Terkendali
Ilustrasi SMITOL (Smart Humidity Control pada Proses Purifikasi Biogas) yang digagas mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS
Ilustrasi SMITOL (Smart Humidity Control pada Proses Purifikasi Biogas) yang digagas mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS

Dijelaskan pula oleh Andre bahwa SMITOL menggunakan set point di bawah 60 persen kelembaban, yang artinya dapat membuat purifikasi tetap terjaga karena sesuai dengan set point. Alasan lain digunakannya set point di bawah 60 persen adalah karena dalam menggunakan biogas untuk memasak, listrik dan lain-lain harus bersih, supaya biogas yang dimurnikan menjadi kering tanpa adanya air yang dapat mengakibatkan kalor biogas berkurang.

Lebih dalam, Andre meyakini jika alat ciptaannya lebih unggul dibandingkan alat kontrol temperatur konvensional pada umumnya. Alat yang diciptakannya bekerja secara otomatis secara keseluruhan, berbeda dengan alat kontrol konvensional yang masih harus digunakan secara manual. “Keseluruhan parameter teknis dari alat yang saya gagas ini mulai dari instrumen pengukur, sistem pengendalian kelembaban, maupun sistem redundancy semua sudah otomatis sehingga bisa lebih efisien,” tandas Andre meyakinkan.

Baca Juga :  Rektor UI Lantik Dekan Fakultas Ilmu Administasi Periode 2021-2025

Hasil gagasan Andre ini juga telah berhasil membuahkan prestasi juara pertama pada kompetisi Physics Tour Competition 2 kategori Esai Penerapan Fisika dalam Pengembangan Teknologi yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Riau, akhir Maret lalu. “Ke depannya, alat ini akan terus saya kembangkan supaya menjadi lebih baik lagi. Semoga alat ini bisa membawa kebermanfaatan bagi banyak pihak,” pungkas Andre penuh harap. (HUMAS ITS)

ITS