close

Kedaireka Academy untuk Meningkatan Soft Skills Reka Cipta

Jakarta- Kunci di era revolusi industri 4.0 adalah networking serta menghubungkan simpul-simpul antara Akademisi, Bisnis, Komunitas, Finance, Pemerintah, dan Media (ABCFGM) dengan kolaborasi pentahelix sehingga menimbulkan jejaring yang kuat untuk membangun ekonomi yang kokoh. Oleh karena itu, Kedaireka hadir untuk membangun ekosistem reka cipta, dimana kampus yang menjadi tempat para intelektual, peneliti,  inventor, dan inovator bisa membuat produk-produk yang bisa dipakai oleh masyarakat, industri, dan pemerintah untuk menggerakan ekonomi dan membangun kedaulatan Indonesia dalam reka cipta.

Hal tersebut diungkapkan Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek dalam Webinar  “Road to Kedaireka Academy 2021”, Rabu (23/6). Acara ini dihadiri pula Umar Ahmad Bupati Tulang Bawang Barat, Bimo Yuwono Arie Prabowo (Amazon), Raden Desi Isnaeni (Start Up),Roy Simangunsong ( CEO/Founder Podkesmas Asia Network), Achmad Aditya Maramis (Tim Kerja Akselerasi Kampus Merdeka), dan Yohana Parida (Moderator).

“Mari bersama-sama bergandengan tangan antara kampus dan industri, sehingga muncul ekonomi baru, muncul optimisme baru, muncul kedaulatan kita, serta membangun indonesia yang lebih baik,” ungkap Nizam.

Dalam kesempatan tersebut, Nizam menjelaskan bahwa inovasi dan invensi yang lahir dari para peneliti perguruan tinggi, lembaga riset, dan masyarakat tidak mengalir menjadi produk. Oleh sebab itu, dilahirkan platform Kedaireka sebagai tempat bertemunya akademisi dengan potensi dan peluang-peluang  untuk menghilirkan karya-karya dari perguruan tinggi.

“Kerja sama tersebut harus didasarkan pada SWIFT (Shared vision, Win-win, Inisiatif, Fast Result and Trust). Share vision antara perguruan tinggi dan industri harus mempunyai mimpi, visi, dan harapan bersama untuk melihat Indonesia dan melihat kedaulatan Indonesia dalam reka cipta yang lebih baik. Kemudian win-win  solution yang harus saling menguntungkan. Inisiatif yang dibangun oleh pihak industri dan perguruan tinggi, fast result and trust,” ungkap Nizam.

Baca Juga :  ITS Bersama ADPII Rumuskan Visi Keilmuan Desain Produk di Indonesia

Ia mengungkapkan, saat ini terdapat link yang terputus antara rantai pasok, rantai distribusi, dan rantai konsumsi. Sehingga yang diuntungkan adalah para perantara, lintah darat, dan oknum-oknum lainnya akibat terputusnya rantai tersebut.

“Mudah-mudahan dengan hadirnya Kedaireka academy ini dialog komunikasi saling asah, saling asih, dan saling asuh diantara seluruh mitra terjadi secara organik yang akhirnya terus tumbuh secara pesat,” harap Nizam.

Pada kesempatan yang sama, Umar Ahmad selaku Bupati Tulang Bawang Barat menyampaikan bahwa Tulang Bawang Barat merupakan daerah tertinggal yang tidak memiliki sumber daya alam. Sehingga, menurutnya juga tidak bisa bergantung pada pengaruh percepatan pembangunan.

Menurutnya, Tulang Bawang Barat dibangun dari hasil kreatifitas yang disebut sebagai Tubaba, yang merupakan visi untuk membawa Tulang Bawang Barat menuju masa depan yang cerah dengan prinsip namen (bekerja keras), nedes (tidak kenal menyerah), nerimo (keihlasan). Dalam Tubaba dibangun sumber daya manusia unggul, membangun ruang, dan berkolaborasi lintas budaya dengan masyarakat Badui, dengan berbagai program didalamnya yaitu Tubaba Cerdas, Tubaba Camp, dan Pesantrian Tubaba.

“Dalam proses ke masa depan, Tubaba butuh teman oleh karena itu kami mengajak semua pihak untuk datang ke Tubaba untuk menanam, menyemai, dan menumbuhkan kebaikan di tanah ini. Kedaireka ini juga merupakan ruang yang tepat untuk menemani Tubaba pulang ke masa depan,” jelas Umar.

Baca Juga :  ITS Raih Penghargaan Duta Kampus SDGs Kategori Sosialisasi

Senada dengan Nizam dan Umar, Roy Simangunsong selaku CEO & Co-Founder Podkesmas Asia Network yang juga merupakan dosen komunikasi Fisip-UI mengatakan bahwa inovasi itu tidak akan bisa dilakukan oleh salah satu pihak, melainkan inovasi tersebut membutuhkan stakeholder lain yang saling berhubungan dan saling membantu pada saat pengembangan teknologi ataupun pengimplementasian teknologi tersebut.

“Harus ada interaksi yang jelas atau harus ada struktur yang jelas bagaimana kita bekerja sama dengan berbagai stakeholder yang ada, baik itu di dunia pendidikan, serta bagaimana mereka memiliki andil untuk mengembangkan hal-hal tersebut,” jelas Roy.

Sedangkan Bimo Yuwono Arie Prabowo selaku education & NPO Account Lead Indonesia Amazon Web service, Aws Public Sector menjelaskan pengalamannya dalam transformasi digital. Ia meyakini bahwa upaya mengakselerasi digital transformasi di dunia pendidikan harus dilakukan melalui partnership bersama education community yaitu  bekerja sama dengan Kementerian pendidikan, institusi pendidikan, dinas pendidikan, dosen-dosen, guru, para periset, dan para teknologi provider yang lain.

“Kedaireka ini sudah menjadi wahana yang tepat untuk berkolaborasi, mengasah kemampuan soft skills, jadi kita bisa meletakan sumber daya kita di Kedaireka dan bisa diakses oleh insan dikti agar resources yang ada di Adobe US dari teknologinya bisa digunakan misalnya untuk riset. Nanti kami juga akan bekerjasama khususnya dengan Kedaireka Academy”, pungkas Bimo.
(YH/DZI/FH/DH/NH/SH)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman : www.dikti.kemdikbud.go.id
FB Fanpage : @ditjen.dikti
Instagram : @ditjen.dikti
Twitter : @ditjendikti
Youtube : Ditjen Dikti
E-Magz Google Play : G-Magz
Tiktok : Ditjen Dikti