close

Ditjen Dikti Luncurkan Buku Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Aplikasi Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka

Jakarta – Kurikulum pendidikan tinggi merupakan amanah institusi yang harus senantiasa diperbaharui sesuai dengan perkembangan zaman. Terlebih di era Revolusi Industri 4.0 serta kondisi pandemi Covid-19 yang memaksa para pemangku kebijakan di bidang pendidikan untuk dapat menyesuaikan diri dalam melaksanakan proses pembelajaran. Penyesuaian ini diwujudkan melalui kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengenai program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), dimana mahasiswa diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih luas dan kompetensi baru melalui beberapa kegiatan pembelajaran di luar program studinya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) meluncurkan buku panduan program MBKM yang berjudul “Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0 untuk Mendukung Merdeka Belajar-Kampus Merdeka” serta aplikasi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, pada Jumat (9/10). Buku dan aplikasi ini merupakan panduan dalam menerapkan program MBKM serta panduan bagi para pemangku kepentingan program studi di Indonesia agar dapat merekonstruksi kurikulum yang ada sesuai dengan perkembangan zaman.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam menjelaskan bahwasannya perubahan kurikulum selaras dengan peran pendidikan tinggi sebagai transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja. “Kurikulum harus betul-betul menyiapkan learning outcome. Jadi, seorang sarjana itu harus bisa apa, skill apa yang harus dimiliki, dan kemampuan komunikasi seperti apa. Maka itulah kenapa kita harus mengubah kurikulum dan cara pandang kurikulum itu sendiri,” ucap Nizam saat memberikan sambutan.

Baca Juga :  Mahasiswa Desain Interior ISI Yogyakarta Raih Juara Tiga Di Kompetisi Desain Internasional

Nizam menyampaikan bahwa setiap Revolusi Industri selalu disertai dengan hilangnya kompetensi lama seiring dengan kemajuan teknologi mesin. Sehingga banyak pekerjaan lama yang hilang dan muncul pekerjaan baru. Perguruan tinggi harus menyiapkan para mahasiswa untuk menghadapi hal tersebut dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

“Kampus itu tidak cukup untuk menjadi tempat bagi mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan mengembangkan dirinya. Soft skill, hard skill, tidak mungkin hanya bisa diperoleh melalui pembelajaran di dalam kampus. Self-directed learning menjadi kebutuhan dan kompetensi esensial bagi setiap mahasiswa,” lanjut Nizam.

Dengan diluncurkannya buku panduan serta aplikasi untuk mendukung implementasi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, Nizam berharap hal ini dapat bermanfaat bagi perguruan tinggi sehingga dapat menghasilkan insan Indonesia yang beradab, berilmu, profesional, dan kompetitif di era Revolusi Industri 4.0 serta berkontribusi terhadap kesejahteraan kehidupan bangsa.

Sementara itu, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Aris Junaidi mengatakan bahwa kebutuhan masyarakat serta stakeholder needs menjadi keharusan untuk selalu melakukan evaluasi dan reorientasi kurikulum secara reguler. Apalagi perguruan tinggi dan program studi saat ini ditantang untuk menjadi adaptif dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

Terkait dengan buku panduan MBKM, Aris menjelaskan buku panduan ini merupakan edisi yang keempat dan telah disempurnakan berdasarkan kebijakan Kemdikbud terbaru mengenai program MBKM dan hasil evaluasi penerapan kurikulum di berbagai perguruan tinggi selama melaksanakan bimbingan teknis maupun sosialisasi penyusunan kurikulum. Buku panduan ini juga telah diuji coba pada kegiatan program Kampus Mengajar Perintis (KMP) yang diikuti kurang lebih oleh 2.500 mahasiswa.

Baca Juga :  Menkumham Yasonna Laoly Serahkan 334 Sertifikat Paten dan Hak Cipta Karya Peneliti UI

“Sangat disarankan agar setiap pimpinan PT serta dosen menggunakan buku panduan ini dalam mengembangkan kurikulum yang telah ada saat ini sesuai dengan SN-Dikti serta membekali peserta didik dengan keterampilan hidup melalui implementasi MBKM,” tutur Aris.

Selain itu, pada kesempatan ini juga diluncurkan aplikasi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Aplikasi ini merupakan salah satu sarana untuk mendorong mahasiswa agar mengikuti proses pembelajaran di luar program studinya melalui beberapa aktivitas, diantaranya pertukaran mahasiswa, magang/praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, riset/penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, dan membangun desa/KKN tematik.

Adapun target pengguna aplikasi ini adalah perguruan tinggi, dosen, mahasiswa, dan mitra atau lembaga yang diharapkan dapat saling berkolaborasi dalam meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa melalui link and match antara lulusan pendidikan tinggi dengan dunia usaha dan industri. Aplikasi ini juga mengakomodir aktivitas mahasiswa dalam program MBKM, mulai dari pendaftaran, penawaran kegiatan, daftar kegiatan, seleksi peserta, aktivitas mahasiswa, pengawasan (monitoring), hingga penilaian. (YH/DZI/FH/DH/NH/MFS/VAL/YJ/ITR)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan