close

Menyiapkan Normal Baru Pasca Pandemi COVID-19

Siaran Pers
Nomor : 65/Sipers/V/2020

Jogjakarta- Transformasi pembelajaran berjalan dengan sangat cepat. Hal ini disampaikan Nizam saat menjadi pembicara secara virtual pada acara “UGM Talks” bertajuk “Menyiapkan Normal Baru Pasca Pandemi COVID-19 #1: Normal Baru Kebijakan Pendidikan”, Selasa (19/5) sore. Pada kesempatan tersebut juga dihadiri Dirjen Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto dan Rektor UGM, Panut Mulyono.

Nizam menceritakan sejak awal tahun 2000an, Kemdikbud sudah menginisiasi pembelajaran secara daring. Namun demikian belum banyak perguruan tinggi yang melakukannya, sampai akhirnya ada pandemi COVID-19 yang “memaksa” perguruan tinggi beralih ke pembelajaran daring.

“Pembelajaran berubah tiba-tiba seolah di instruksi oleh virus ini, dan tiba-tiba 98% perguruan tinggi bisa melakukan pembelajaran daring. Hal ini merupakan survey yang dilakukan pada tanggal 9 april 2020 setelah 1 bulan surat edaran dari Mendikbud keluar. Dengan responden 237 ribu mahasiswa dari Sabang sampai Merauke, hasilnya ternyata 98% sudah melakukan pembelajaran daring,” jelas Nizam.

Nizam mengatakan transformasi teknologi terjadi sangat luar biasa di dilapangan. Tadinya perguruan tinggi didorong melakukan adaptasi dengan teknologi. Ternyata dipaksa dalam waktu singkat sekali, dosen dan mahasiswa bertranformasi secara cepat. Namun demikian Nizam akui masih ada kesenjangan. “Tentu ada kesenjangan, tapi kami selalu memantau dari survey yang dilakukan. Dari berbagai pertemuan yang dilaksanakan secara daring, insfrastruktur jaringan itu yang menjadi kendala utama,” tuturnya.

Baca Juga :  Gotong Royong Hilirisasi Hasil Riset Perguruan Tinggi

Lanjut Nizam, sudah disiapkan backup secara nasional melalui SPADA untuk berbagi konten dari perguruan tinggi satu dengan yang lainnya, dan juga berbagi platform seperti google suite dan sebagainya dengan akses gratis dan bisa dimanfaatkan oleh perguruan tinggi yang belum punya fasilitas. Hal itu kata Nizam dapat dilakukan dengan bergotong-royong untuk saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Hal ini agar tranformasi ini bisa terjadi walau dengan segala keterbatasan.

“Respons dari survey, para mahasiswa 90% mengatakan pembelajaran tetap bisa efektif bisa berjalan. Jadi transfer ilmunya tetap bisa terjadi, serta pembelajaran dapat bisa berlangsung, dimana semuanya harus dibiasakan dalam menggunakan teknologi,” ucapnya.

Nizam menyampaikan beberapa pedoman sudah disampaikan untuk mendorong kegiatan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka untuk mengakomodir proses belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi salah satunya bisa dilakukan melalui daring.

Selain itu, tutur Nizam, Ditjen Dikti juga mendorong mahasiswa kesehatan dan kedokteran untuk menjadi relawan sebagai suatu bentuk dari program Merdeka Belajar, dimana dalam waktu 3 hari pendaftaran sudah mencapai 15 ribu mahasiswa yang mendaftar.

Baca Juga :  Kreativitas dalam Inovasi Hubungkan Perguruan Tinggi dengan Industri

“Mereka kita dorong lakukan KIE, terutama melalui daring. Sementara mahasiswa lain di bidang teknik, ekonomi, dan banyak lainnya menjadi relawan untuk membantu distribusi logistik, membantu membuat APD, dan ini semua kita hargai dengan SKS yang sesuai dengan kompetensinya masing-masing dan itu sebagai bentuk dari Merdeka Belajar,” ungkap Nizam.

Hal menarik lainnya, sebut Nizam, selama pandemi perguruan tinggi diimbau untuk melakukan riset-riset pada program yang berkaitan dengan pandemi. Dalam waktu 1 bulan mahasiswa melakukan kegiatan mulai dari pembagian masker sampai ke pembuatan APD seperti ventilator, dan alat-alat kesehatan yang biasanya barangkali membutuhkan waktu 1 s.d 2 tahun, kini dalam waktu 1 bulan sudah siap.

“Ini sangat luar biasa sekali. Hal ini yang harus kita pertahankan selama penelitian-penelitian itu melibatkan mahasiswa, dan itu bisa kita SKS-kan bahwa mereka sebagai peneliti atau asisten peneliti dapat di SKS-kan sebagai konsep Merdeka Belajar. Hal ini yang kita dorong supaya wawasan mahasiswa kaya sumber ilmu, kaya sumber belajar dan tidak hanya yang bersifat teori tetapi juga dalam bentuk aplikasi dengan berbagai kegiatan kemanusiaan, penelitian, kerja sama dengan masyarakat dan sebagainya,” pungkas Nizam. (YH/DZI/FH/DH/NH/AND)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan